Jika Istri Belum Sampai Orgasme, Janganlah Buru-Buru Mengakhiri
Bringislam.web.id. Pembahasan topik tentang keluarga yang biasa di anggap tabu. SUAMI memiliki fitrah mampu membawa pasangannya menuju puncak dalam setiap sesi jima. Namun dalam beberapa kasus, istri sering kali tidak mencapainya. Bagaimana Islam memandangnya?
Bringislam.web.id. Pembahasan topik tentang keluarga yang biasa di anggap tabu. SUAMI memiliki fitrah mampu membawa pasangannya menuju puncak dalam setiap sesi jima. Namun dalam beberapa kasus, istri sering kali tidak mencapainya. Bagaimana Islam memandangnya?
“Apabila salah seorang diantara kalian menggauli istrinya, maka
hendaknya ia berlaku jujur. Barangkali ia mengakhiri hubungan sebelum
istri terpenuhi hajatnya, maka janganlah terburu-buru mengakhiri hingga
istri terpenuhi hajatnya pula,” (Diriwataykan oleh Al-Haitsami dalam
Majma’uz Zawaid (IV;295) dari Hadits Anas bin Malik.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menyatakan: “Apabila seorang
laki-laki telah terpenuhi hajatnya dengan keluar mani, tahanlah hingga
istri terpenuhi. Karena sang istri terkadang lambat meraihnya.
Menyelesaikan hubungan seperti itu (maksudnya tanpa istri mencapai
puncak) merupakan siksaan bagi istri.”
Ada perbedaan besar antara suami dan istri soal puncak jima. Suami akan
cepat melemah ketika selesai, dan tidak kuasa meneruskan jima. Maka
diperlukan komunikasi yang kuat antara suami dan istri. Misalnya,
sebelum acara inti dimulai, pasangan suami-istri melakukan pembuka yang
agak lama, sampai sang istri sudah benar-benar nyaman dan siap.
Ibnu Quddamah menjelaskan, “karena hal itu (yaitu membiarkan istri tanpa
orgasme) amat berbahaya dan dapat menghalanginya dari memuaskan nafsu
birahinya. “angat dianjurkan melakukan permainan beberapa saat dengan
istri sebelum berhubungan intim untuk membangkitkan gairah syahwatnya,
sehingga ia bisa mendapatkan juga kenikmatan bersetubuh seperti yang
dirasakan sang suami.”
Umar bin Abdul Aziz menjelaskan, “Jangan segera melakukan penetrasi
terhadap istri sebelum ia mengalami gairah seks seperti Anda, agar Anda
tidak terlebih dahulu mengalami orgasme.” Beliau melanjutkan, “Anda bisa
menciumnya dan melakukan rangsangan lain, jika Anda sudah melihat dia
mengalami gairah yang sama dengan Anda, silahkan Anda menyetubuhinya.”
Di sini, hal yang harus dicermati oleh seorang suami adalah bahwa
hubungan seksnya dengan istri merupakan hubungan interaksi yang termasuk
dalam konsep ta’awanu ‘alal birri wat taqwa, bekerjasama dalam mencapai
kebaikan dan ketakwaan. Di situ ada kepentingan fitrah manusia,
kepentingan menjaga kesucian diri, kepentingan mencari kepuasan secara
halal, kepentingan membahagiakan pasangan, kepentingan menjaga
keharmonisan dan keutuhan rumah tangga dan setumpuk kepentingan yang
lainnya.
Maka tidak boleh bagi seorang suami membiarkan istri tanpa mencapai puncak. Seorang suami yang selalu menyelesaikan hajatnya dengan
kurang memikirkan kebutuhan istrinya jelas-jelas telah merusak banyak kemaslahatan tanpa dia sadari. [sa/islampos/SyariLee /bringislam.web.id]
kurang memikirkan kebutuhan istrinya jelas-jelas telah merusak banyak kemaslahatan tanpa dia sadari. [sa/islampos/SyariLee /bringislam.web.id]
- Adab Pemanasan Sebelum Jima' Berdasarkan Hadist
- Tata Cara berhubungan Suami Istri Menurut Islam
- Jima' Saat Istri Hamil
- Jima' Di tengah penatnya Suami Istri
- Bolehkah Menggauli 2 Istri Dalam Waktu Bersamaan?
- Pengantin Baru, Coba Dengarkan Nasihat Ini Saat Di Ranjang
- Tata Cara berhubungan Suami Istri Menurut Islam
- Jima' Saat Istri Hamil
- Jima' Di tengah penatnya Suami Istri
- Bolehkah Menggauli 2 Istri Dalam Waktu Bersamaan?
- Pengantin Baru, Coba Dengarkan Nasihat Ini Saat Di Ranjang
http://blog.bringislam.web.id
Posting Komentar